Sekolah vs Dunia Nyata: Kenapa Kita Nggak Diajarin Cara Bayar Pajak atau Bikin CV?

Pendidikan formal telah menjadi fondasi utama dalam membentuk generasi muda. slot qris resmi Namun, seiring berjalannya waktu, muncul pertanyaan yang semakin sering dilontarkan: mengapa sekolah tidak mengajarkan hal-hal praktis seperti membayar pajak, membuat CV, mengelola keuangan pribadi, atau memahami kontrak kerja? Ketimpangan antara materi akademik dan kebutuhan dunia nyata menimbulkan perdebatan tentang relevansi sistem pendidikan saat ini dalam mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan dewasa yang sesungguhnya.

Fokus Akademik vs Keterampilan Kehidupan

Kurikulum pendidikan di banyak negara, termasuk Indonesia, masih menekankan pada penguasaan teori, hafalan, dan pencapaian nilai ujian. Matematika, sains, sejarah, dan bahasa tentu penting, tetapi tidak jarang siswa lulus tanpa memiliki bekal keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, memahami cara mengisi formulir pajak, membuat dan menyusun CV yang efektif, mengatur pengeluaran bulanan, atau menafsirkan syarat dalam surat perjanjian kerja.

Banyak siswa lulus dengan nilai tinggi, tetapi merasa kebingungan saat berhadapan dengan dunia nyata yang menuntut lebih dari sekadar kemampuan akademik. Di sinilah muncul kesenjangan antara apa yang diajarkan di sekolah dan apa yang dibutuhkan dalam kehidupan setelahnya.

Kenapa Hal-Hal Praktis Jarang Masuk Kurikulum?

Ada beberapa alasan mengapa keterampilan hidup seperti membayar pajak atau membuat CV tidak menjadi bagian utama dalam kurikulum:

  1. Fokus pada Standar Akademik Nasional: Banyak sistem pendidikan diatur untuk mencapai standar akademik tertentu yang dinilai melalui ujian nasional. Hal ini membuat sekolah cenderung mengejar target nilai dibanding mengembangkan keterampilan praktis.

  2. Anggapan bahwa Orang Tua Akan Mengajarkan: Ada asumsi bahwa hal-hal seperti keuangan pribadi dan administrasi kehidupan akan diajarkan oleh keluarga. Namun, kenyataannya tidak semua orang tua memiliki waktu atau kemampuan untuk mengajarkan topik tersebut secara sistematis.

  3. Minimnya Pelatihan Guru dalam Topik Kehidupan Nyata: Guru dilatih untuk mengajar mata pelajaran akademik, bukan materi praktis seperti perencanaan keuangan atau keterampilan karier. Akibatnya, tidak banyak tenaga pendidik yang merasa siap untuk membahas topik-topik tersebut secara mendalam.

  4. Anggapan Bahwa Itu Tanggung Jawab Pendidikan Tinggi atau Dunia Kerja: Banyak institusi pendidikan dasar dan menengah menganggap bahwa keterampilan praktis akan diajarkan di jenjang berikutnya, atau saat individu sudah bekerja.

Dampaknya bagi Generasi Muda

Kesenjangan antara pendidikan formal dan realitas kehidupan menciptakan tantangan besar bagi generasi muda. Banyak yang merasa tidak siap saat harus menghadapi proses melamar kerja, mengatur pengeluaran rumah tangga, mengelola pinjaman, atau bahkan memilih asuransi. Hal ini dapat memicu rasa frustasi, stres, hingga kesalahan pengambilan keputusan finansial yang berdampak jangka panjang.

Selain itu, ketidaksiapan ini juga bisa memperlambat proses transisi menuju kemandirian. Padahal, keterampilan seperti menyusun CV yang baik atau memahami hak-hak dalam ketenagakerjaan sangat penting untuk membuka peluang karier dan kehidupan yang stabil secara ekonomi.

Perubahan yang Mulai Terjadi

Meskipun belum merata, sejumlah sekolah dan lembaga pendidikan mulai menyadari pentingnya pendidikan berbasis kehidupan nyata. Beberapa sekolah telah memasukkan materi tentang literasi keuangan, kewirausahaan, manajemen waktu, dan simulasi kerja ke dalam pelajaran tambahan. Di negara-negara seperti Finlandia atau Australia, pendekatan kurikulum yang lebih kontekstual dan berbasis proyek mulai diterapkan untuk menjembatani kesenjangan ini.

Selain itu, kehadiran platform digital dan pelatihan informal mulai dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri untuk mempelajari hal-hal yang tidak mereka dapatkan di sekolah. Namun, akses terhadap sumber daya ini tidak selalu merata.

Kesimpulan

Perbedaan antara apa yang diajarkan di sekolah dan apa yang dibutuhkan di dunia nyata menjadi sorotan penting dalam evaluasi sistem pendidikan saat ini. Sementara pelajaran akademik tetap relevan, kebutuhan akan keterampilan hidup seperti membayar pajak, membuat CV, atau mengelola keuangan semakin mendesak untuk dimasukkan ke dalam sistem pembelajaran formal. Menjembatani kesenjangan ini bukan hanya tentang memperbarui kurikulum, tetapi juga mengubah pandangan bahwa pendidikan sejati adalah persiapan menyeluruh untuk menghadapi hidup, bukan hanya untuk lulus ujian.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *